http://www.hidayatullah.com
SEBAGAI bulan penuh berkah, Ramadhan menyimpan banyak sekali keutamaan. Satu di antaranya adalah ditebarkannya waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Di waktu sahur misalnya, Allah turun ke langit dunia dan membentangkan tangan untuk memberikan apa yang dimohonkan oleh para hamba-Nya yang bangun di tengah malam.
Rasulullah bersabda, “Tuhan kita yang Maha Suci lagi Maha Tinggi setiap malam turun ke langit dunia saat waktu malam tinggal sepertiga yang terakhir. Dia berfirman, “Siapa yang menyeru kepada-Ku niscaya akan Aku beri. Dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku pasti akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari).
Berarti, peluang untuk menjadi hamba yang takwa sebagaimana tujuan utama dari puasa itu sendiri sangat besar, terutama di bulan suci Ramadhan. Jadi, sangat sayang, jika Ramadhan berlalu sementara tidak pernah melalui malam dengan bangun (shalat) dan doa. Sebab, selain mustajab, bulan Ramadhan sangat memungkinkan siapa pun untuk berlatih bangun di tengah malam.
Di dalam al-Qur’an, Allah menjelaskan satu di antara lima ciri seorang hamba Allah, yakni melalui malam dengan sholat.
Bahkan, di dalam ayat yang lain, hamba Allah itu memiliki ciri sedikit tidur di malam hari. “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam, mereka memohon ampun” (QS. 56: 17-18).
Dengan demikian maka, malam hari, utamanya di Bulan Ramadhan adalah momentum yang baik bagi setiap Muslim untuk mengadukan masalahnya kepada Allah seraya memohon petunjuk untuk menemukan solusinya.
Jadi, kita tidak perlu mengeluh kepada yang lain, apalagi di dinding wall facebook. Karena selain mengadu kepada Allah, pasti kita tidak akan menemukan solusi. Oleh karena itu, di bulan suci ini mari kita tajamkan doa-doa kita kepada-Nya dengan bersimpuh pasrah mengadu dan menyerahkan segala macam permasalahan yang kita hadapi agar segera mendapat pertolongan dari-Nya yang Maha Kuasa.
Bagaimana mungkin di bulan ini kita tidak tertarik, sementara segala upaya kebaikan akan dibantu oleh Allah agar mudah dilakukan. Bahkan Allah akan bantu kita terhindar dari kejahatan, jika kita benar-benar menghendakinya.
Dalam haditsnya Rasulullah shalllahu alayhi wasallam tegaskan, “Ketika datang bulan Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahannam ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari).
Dengan demikian, seiring dengan pemahaman kita tentang keutamaan Ramadhan yang diiringi dengan niat yang kuat untuk menjadi insan takwa dengan memperbanyak doa di tengah atau akhir malam seperti yang Rasulullah lakukan, maka target takwa yang kita inginkan, insya Allah akan menjadi kenyataan.
Kemudian, di Bulan Ramadhan juga ada waktu yang sangat spesial yang Allah hadiahkan kepada umat Nabi Muhammad, yakni Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik daripada seribu bulan.
Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya Asbabun Nuzul menjelaskan perihal sebab turunnya ayat tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Jarir.
“Ibn Jarir meriwayatkan dari Mujahid yang berkata, “Dahulu, di antara Bani Israel hidup seorang laki-laki yang senantiasa melakukan shalat malam hingga shubuh tiba, sementara di pagi harinya berjihad menumpas musuh hingga sore. Ia terus-menerus melakukan hal tersebut selama seribu bulan. Allah lalu menurunkan ayat, ‘Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.’ Artinya, melaksanakan sholat di malam itu lebih baik dari amalan yang dilakukan laki-laki Bani Israel tadi.
Lantas, bagaimana kita bisa mengetahui kapan tepatnya Malam Lailatul Qadar itu berlangsung? Dalam haditsnya Rasulullah menjelaskan, “Semalam aku bermimpi melihat Lailatul Qadar, tetapi kemudian aku dilupakan atau aku lupa. Maka carilah ia pada sepuluh hari yang terakhir di hitungan pada hari yang gasal.” (HR. Bukhari).
Di sinilah, komitmen kita untuk dapat menggondol keutamaan Ramadhan, khususnya Lailatul Qadar benar-benar diuji. Pasalnya, di sepuluh hari terakhir Ramadhan, orang umumnya sibuk belanja ini dan itu. Pasar semakin ramai, sementara masjid, tempat dimana keutamaan dibentangkan, justru semakin sepi. Padahal, di sepuluh hari terakhir, Nabi tidak pernah meninggalkan masjid (i’tikaf).
Di tahun ini, kalau pun mungkin tidak sempat i’tikaf secara penuh, setidaknya kita berusaha untuk tetap bisa mendapatkan malam yang sangat mulia itu, Lailatul Qadar. Sebab, jika kita berhasil, insya Allah ampunan dan keridhoan Allah akan menyertai kehidupan kita semua.
Setidaknya, itulah dua momentum besar yang terdapat di Bulan Ramadhan yang sangat memungkinkan kita mendapat jawaban atas doa yang kita mohonkan kepada Allah Ta’ala. Selain, waktu-waktu mustajab lain yang juga berlaku di bulan lainnya, seperti doa antara adzan dan iqamah, doa di antara duduk dua khotbah dan lain sebagainya.
Allah Maha Mengabulkan Doa
Mungkin dari sebagaian kaum Muslimin masih ada yang agak minder dengan dirinya yang mungkin merasa dirinya kurang sholeh, banyak melakukan maksiat dan lain sebagainya. Tetapi, apa pun masalah yang pernah terjadi di masa lalu, hendaknya tidak menghalangi diri untuk bersegera memohon ampun kepada Allah. Sebab, Allah sangat senang kepada siapa saja yang mau taubat dan memperbanyak doa kepada-Nya.
Bahkan Allah berjanji akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya
Dalam kitabnya Asbabun Nuzul Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan perihal sebab turunnya ayat tersebut. “Pada suatu hari seorang Arab Badui mendatangi Nabi, lalu berkata, “Apakah Tuhan kita dekat sehingga kita cukup berbisik saat memohon kepada-Nya, atau kah Dia jauh, sehingga kita perlu berteriak memanggilnya?’ Rasulullah pun terdiam, lalu turun firman-Nya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat...”
Kemudian janji ini Allah tegaskan dalam ayat-Nya yang lain
Dalam tafsirnya, Ibn Katsir menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan karunia dan karamah Allah Ta’ala yang mengajurkan hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, serta jaminan bagi mereka bahwa Allah pasti mengabulkannya. Bahkan Allah mengategorikan do’a sebagai ibadah. Rasul bersabda, “Sesungguhnya do’a itu adalah ibadah.” (HR. Ahmad).
Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau berdoa maka baginya kemurkaan-Nya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang tidak berdo’a kepada Allah, Dia akan murka kepadanya.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, mari kita pertajam doa kita dengan mengikuti semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sungguh Allah senang dan pasti akan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya. Apalagi, di bulan suci seperti ini, kita berupaya sungguh-sungguh untuk menjadi insan takwa, pasti Allah akan berikan kemudahan. Yakinlah!*/Imam Nawawi
SEBAGAI bulan penuh berkah, Ramadhan menyimpan banyak sekali keutamaan. Satu di antaranya adalah ditebarkannya waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Di waktu sahur misalnya, Allah turun ke langit dunia dan membentangkan tangan untuk memberikan apa yang dimohonkan oleh para hamba-Nya yang bangun di tengah malam.
Rasulullah bersabda, “Tuhan kita yang Maha Suci lagi Maha Tinggi setiap malam turun ke langit dunia saat waktu malam tinggal sepertiga yang terakhir. Dia berfirman, “Siapa yang menyeru kepada-Ku niscaya akan Aku beri. Dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku pasti akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari).
Berarti, peluang untuk menjadi hamba yang takwa sebagaimana tujuan utama dari puasa itu sendiri sangat besar, terutama di bulan suci Ramadhan. Jadi, sangat sayang, jika Ramadhan berlalu sementara tidak pernah melalui malam dengan bangun (shalat) dan doa. Sebab, selain mustajab, bulan Ramadhan sangat memungkinkan siapa pun untuk berlatih bangun di tengah malam.
Di dalam al-Qur’an, Allah menjelaskan satu di antara lima ciri seorang hamba Allah, yakni melalui malam dengan sholat.
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّداً وَقِيَاماً
“Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka,” (QS. Al-Furqon [25]: 64).Bahkan, di dalam ayat yang lain, hamba Allah itu memiliki ciri sedikit tidur di malam hari. “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam, mereka memohon ampun” (QS. 56: 17-18).
Dengan demikian maka, malam hari, utamanya di Bulan Ramadhan adalah momentum yang baik bagi setiap Muslim untuk mengadukan masalahnya kepada Allah seraya memohon petunjuk untuk menemukan solusinya.
Jadi, kita tidak perlu mengeluh kepada yang lain, apalagi di dinding wall facebook. Karena selain mengadu kepada Allah, pasti kita tidak akan menemukan solusi. Oleh karena itu, di bulan suci ini mari kita tajamkan doa-doa kita kepada-Nya dengan bersimpuh pasrah mengadu dan menyerahkan segala macam permasalahan yang kita hadapi agar segera mendapat pertolongan dari-Nya yang Maha Kuasa.
Bagaimana mungkin di bulan ini kita tidak tertarik, sementara segala upaya kebaikan akan dibantu oleh Allah agar mudah dilakukan. Bahkan Allah akan bantu kita terhindar dari kejahatan, jika kita benar-benar menghendakinya.
Dalam haditsnya Rasulullah shalllahu alayhi wasallam tegaskan, “Ketika datang bulan Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahannam ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari).
Dengan demikian, seiring dengan pemahaman kita tentang keutamaan Ramadhan yang diiringi dengan niat yang kuat untuk menjadi insan takwa dengan memperbanyak doa di tengah atau akhir malam seperti yang Rasulullah lakukan, maka target takwa yang kita inginkan, insya Allah akan menjadi kenyataan.
Kemudian, di Bulan Ramadhan juga ada waktu yang sangat spesial yang Allah hadiahkan kepada umat Nabi Muhammad, yakni Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik daripada seribu bulan.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS: al Qadr [97]: 3).Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya Asbabun Nuzul menjelaskan perihal sebab turunnya ayat tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Jarir.
“Ibn Jarir meriwayatkan dari Mujahid yang berkata, “Dahulu, di antara Bani Israel hidup seorang laki-laki yang senantiasa melakukan shalat malam hingga shubuh tiba, sementara di pagi harinya berjihad menumpas musuh hingga sore. Ia terus-menerus melakukan hal tersebut selama seribu bulan. Allah lalu menurunkan ayat, ‘Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.’ Artinya, melaksanakan sholat di malam itu lebih baik dari amalan yang dilakukan laki-laki Bani Israel tadi.
Lantas, bagaimana kita bisa mengetahui kapan tepatnya Malam Lailatul Qadar itu berlangsung? Dalam haditsnya Rasulullah menjelaskan, “Semalam aku bermimpi melihat Lailatul Qadar, tetapi kemudian aku dilupakan atau aku lupa. Maka carilah ia pada sepuluh hari yang terakhir di hitungan pada hari yang gasal.” (HR. Bukhari).
Di sinilah, komitmen kita untuk dapat menggondol keutamaan Ramadhan, khususnya Lailatul Qadar benar-benar diuji. Pasalnya, di sepuluh hari terakhir Ramadhan, orang umumnya sibuk belanja ini dan itu. Pasar semakin ramai, sementara masjid, tempat dimana keutamaan dibentangkan, justru semakin sepi. Padahal, di sepuluh hari terakhir, Nabi tidak pernah meninggalkan masjid (i’tikaf).
Di tahun ini, kalau pun mungkin tidak sempat i’tikaf secara penuh, setidaknya kita berusaha untuk tetap bisa mendapatkan malam yang sangat mulia itu, Lailatul Qadar. Sebab, jika kita berhasil, insya Allah ampunan dan keridhoan Allah akan menyertai kehidupan kita semua.
Setidaknya, itulah dua momentum besar yang terdapat di Bulan Ramadhan yang sangat memungkinkan kita mendapat jawaban atas doa yang kita mohonkan kepada Allah Ta’ala. Selain, waktu-waktu mustajab lain yang juga berlaku di bulan lainnya, seperti doa antara adzan dan iqamah, doa di antara duduk dua khotbah dan lain sebagainya.
Allah Maha Mengabulkan Doa
Mungkin dari sebagaian kaum Muslimin masih ada yang agak minder dengan dirinya yang mungkin merasa dirinya kurang sholeh, banyak melakukan maksiat dan lain sebagainya. Tetapi, apa pun masalah yang pernah terjadi di masa lalu, hendaknya tidak menghalangi diri untuk bersegera memohon ampun kepada Allah. Sebab, Allah sangat senang kepada siapa saja yang mau taubat dan memperbanyak doa kepada-Nya.
Bahkan Allah berjanji akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi
(perintah)-Ku dan beriman kepada-KU, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al Baqarah [2]: 186).Dalam kitabnya Asbabun Nuzul Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan perihal sebab turunnya ayat tersebut. “Pada suatu hari seorang Arab Badui mendatangi Nabi, lalu berkata, “Apakah Tuhan kita dekat sehingga kita cukup berbisik saat memohon kepada-Nya, atau kah Dia jauh, sehingga kita perlu berteriak memanggilnya?’ Rasulullah pun terdiam, lalu turun firman-Nya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat...”
Kemudian janji ini Allah tegaskan dalam ayat-Nya yang lain
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu...” (QS al Mu’min [40]: 60).Dalam tafsirnya, Ibn Katsir menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan karunia dan karamah Allah Ta’ala yang mengajurkan hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, serta jaminan bagi mereka bahwa Allah pasti mengabulkannya. Bahkan Allah mengategorikan do’a sebagai ibadah. Rasul bersabda, “Sesungguhnya do’a itu adalah ibadah.” (HR. Ahmad).
Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau berdoa maka baginya kemurkaan-Nya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang tidak berdo’a kepada Allah, Dia akan murka kepadanya.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, mari kita pertajam doa kita dengan mengikuti semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sungguh Allah senang dan pasti akan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya. Apalagi, di bulan suci seperti ini, kita berupaya sungguh-sungguh untuk menjadi insan takwa, pasti Allah akan berikan kemudahan. Yakinlah!*/Imam Nawawi
No comments:
Post a Comment