Saturday, 27 April 2013

Kesedihan Dapat Menghancurkan Badan

 Dr. Ahmad Zain An Najah, MA


أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُوَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَايَصْنَعُونَ
“ Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
( Qs Fathir : 8 )

Pada ayat di atas Allah subhanahu wa ta’ala melarang nabi-Nya untuk terlalu banyak memikirkan orang-orang kafir dan bersedih hati karena mereka tidak beriman. Karena sedih itu membahayakan kesehatan dan menyebabkan lemahnya badan, serta menghancurkan diri sendiri.  Pada saat yang sama, Allah juga menjelaskan kepada nabi-Nya bahwa kewajibannya hanyalah menyampaikan kebenaran, adapun hidayah taufiq itu hanya di tangan Allah. Allah-lah yang menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya dan memberikan hidayah kepada yang dikehendaki-Nya. Kalau begitu, kenapa harus bersedih hati dengan sikap mereka ?
            Imam Qurthubi di dalam tafsirnya al-Jami li Ahkam al-Qur’an ( 14/ 208 ) menerangkan bahwa Allah melarang nabi-Nya untuk terlalu banyak memikirkan mereka dan merasa sedih dengan mereka, sebagaimana firman Allah  :
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا

“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur’an)” (Qs. al-Kahfi : 6)

Selanjutnya beliau mengatakan : “Ini jelas, yaitu bahwa kesedihanmu terhadap mereka tidaklah bermanfaat selama mereka masih tetap dalam kekafiran, karena Allah telah menyesatkan mereka “.
Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Syekh Abdurrahman as-Sa’di di dalam tafsirnya

Monday, 22 April 2013

Gejala Hedonisme menulari remaja

Generasi belia kini. Ia menimbulkan kebimbangan negara terutama ketika Malaysia berhasrat menjadi negara maju.

Berdasarkan sejarah, amalan hedonisme berasal dari Eropah selepas zaman Ratu Victoria. Beliau yang begitu fanatik dengan ajaran Kristian melarang segala perbuatan yang dianggap boleh menghina agama.

Antara arahan yang dikeluarkannya ialah mewajibkan penggunaan penutup meja bertujuan menutup kaki meja. Kebanyakan kaki meja pada zaman itu mempunyai ukiran berbentuk kaki perempuan yang mengghairahkan. Oleh kerana perbuatan itu dianggap menghina perempuan dan bertentangan dengan agama, beliau mengeluarkan arahan supaya kaki meja ditutup menggunakan kain.
Selain itu, pelbagai arahan dikeluarkan bagi menyekat kebebasan rakyat seperti larangan mengenai seks yang dianggap keterlaluan oleh masyarakatnya, hiburan dan sebagainya.

Friday, 19 April 2013

12 Golongan yang sentiasa di doa oleh Para Malaikat

Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi
Allah Ta’ala berfirman, “Sebenarnya (malaikat – malaikat itu) adalah hamba – hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah – perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa’at melainkan kepada orang – orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati – hati karena takut kepada-Nya” (QS Al Anbiyaa’ 26-28)Inilah orang – orang yang didoakan oleh para malaikat :

1) Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci’” (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

Monday, 8 April 2013

Jadikan Shalat sebagai Madrasah

Oleh: Sholih Hasyim

SETIAP momentum bulan Rajab, biasanya  seorang muslim disegarkan ingatannya oleh peristiwa  monumental, yaitu Isra dan Mi’raj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam . Beliau diperjalankan  oleh Allah Subhanahu Wata’ala setelah mengalami tahun kesedihan (‘amul huzni). Disebabkan oleh kematian istri tercintanya dan paman yang dihurmatinya, yang selama ini keduanya selalu mensupport beliau dalam suka dan duka merintis jalan dakwah.
Perjalanan beliau menembus dimensi ruang dan waktu, memberikan pelajaran mendasar bahwa kerumitan apapun yang dihadapi seorang pejuang kebenaran dan keadilan akan ditemukan solusinya dengan media menegakkan shalat. Dengan shalat, kesulitan apapun yang