Sumber [http://eramuslim.com]
"Sesungguhnya
kecepatan kita untuk menerima kenyataan, yang musti terjadi, hasilnya
sangat menakjubkan. Karena itu akan segera merelakan kenyataan itu dan
kemudian melupakannya selama-lamanya," ujar pakar psikologi terkenal,
Dale Carnegie.
Kebanyakan
orang menjadi lemah karena musibah yang menimpanya. Bahkan, sudah tidak
aneh juga kita mendengar orang yang kehilangan akal sehatnya lantaran
mengalami tekanan akibat musibah. Beban hidup yang terlalu berat dapat
mengakibatkan tekanan batin yang hebat. Dalam ilmu psikologi, disebut
depresi. Ungkapan Dale Carnegie di atas, mengajak orang membatasi
kesulitannya dengan menghadapi kenyataan dan bersiap menerimanya. Sebab,
semakin seseorang larut dalam kesedihan, maka ia dapat kehilangan
kontrol atas dirinya sendiri, dan menjadi seperti orang sakit jiwa.
Diceritakan
tatkala anak-anak Nabi Ya'qub alaihissalam, datang menemui beliau
sambil berpura-pura nangis karena kehilangan puteranya, Yusuf Alaihi
salam, yang dikatakkan mati dimakan serigala. Nabi Ya'qub tidak
mempercayai apa yang dikatakan anak-anaknya itu, dan ia mengeluarkan
kalimat yang diabadikan dalam Al-Qur`an, "Kesabaran yang baik itulah
(kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongannya terhadap
apa yang kamu ceritakan." (QS. Yusuf : 83)
Nabi
Ya'qubpun tetap menanti kembalinya Yusuf yang hilang antara hidup dan
mati. Haripun berlalu, masapun bertukar. Tapi ia tak kunjung putus
harapan. Sebagaimana ucapannya yang juga disebutkan dalam al-Quran:
"Kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah
mendatangkan mereka semuanya kepadaku, sesungguhnya Dialah yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Yusuf : 83)
Ternyata, musibah itu telah menambah kebaikan yang sangat besar pada diri Nabi Ya'qub as.
Ada
analogi yang baik kita renungkan. "Seorang pekerja pada proyek bangunan
memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus
menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.
Pekerja itu berteriak-teriak tetapi temannya tdk bisa mendengarnya
karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja,
sehingga usahanya sia-sia saja. Oleh karena itu untuk menarik perhatian
orang yang ada dibawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan
temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja
kembali.
Pekerja
itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yg
sama. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu
melemparkannya ke arah org itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya,
dan karena merasa sakit temannya menengadah ke atas. Sekarang pekerja
itu dapat menjatuhkan catatan yg berisi pesannya. Tuhan kadang-kadang
menggunakan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan untuk membuat kita
menengadah kepada-Nya, Seringkali Tuhan memberi berkah, tetapi itu tidak
cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena itu memang lebih
tepat jika Tuhan menjatuhkan "batu" kepada kita."
Karena itu, bersyukurlah bila masih diuji...
No comments:
Post a Comment